Sarang Rayap Indikator Tambang Emas

Sarang Rayap Indikator Tambang Emas - Emas merupakan jenis logam mulia yang memiliki harga tinggi di pasaran. Karenanya banyak yang mencoba menambang emas di daerah - daerah yang berpotensi memiliki kandungan emas.

Logam emas juga merupakan jenis logam lunak dengan tingkat kekerasan hanya sekitar 2,5 - 3 skala mohs berdasarkan pengukuran menggunakan alat pengukur kekerasan. Hal ini membuat logam emas lebih mudah dibentuk menjadi perhiasan yang cantik dan indah.

Namun tidak hanya manusia saja yang menambang logam mulia ini, hewan rayap juga menambang logam mulia ini. Bahkan menurut penelitian, sarang rayap juga mengandung serbuk emas di dalamnya.

Namun tidak hanya seperti itu saja, para ilmuwan juga menduga bahwa sarang rayap juga dapat menjadi indikator kandungan logam mulia ini di daerah tersebut, bagaimana bisa hal ini dapat terjadi?

Pernyataan tersebut didasarkan pada sumber daya mineral yang menyumbang sepertiga hasil ekspor di Australia. Dan di bawah tanah Moolart Well, di wilayah Goldfields, Australia barat menjanjikan deposit emas yang menjanjikan di dalam tanahnya. Walau penambangan telah dilakukan selama 150 tahun, namun logam mulia tersebut masih sangat sulit untuk ditemukan.

Menurut Aaron Stewart, entomolog dari Commonwealth Scientific and Industrial Research Organization Australia, "Masalah utama dalam eksplorasi pertambangan adalah lapisan material terkikis yang menutupi emas, yang secara efektif mampu menyembunyikannya", ujarnya.

Sebanyak 222 sampel sarang rayap jenis Tumulitermes tumuli dianalisa oleh Stewart dan timnya. Sampel ini berupa gundukan tanah di sekitar area yang dikenal kaya emas itu.

Dan hasilnya para peneliti menemukan bahwa sarang rayap tersebut mengandung emas dalam kadar yang tinggi. Kadar emas ini lima sampai enam kali lebih tinggi dari pada konsentrasi yang ditemukan lebih dari 16 meter dari gundukan dan hasil penelitian tersebut dimuat dalam jurnal Geochemistry: Exploration, Environment, Analysis edisi November.

Konsentrasi emas dalam sarang rayap ini tidak dapat dilihat secara kasat mata oleh manusia, namun hal ini dapat menjadi indikasi kandungan emas yang lebih banyak di dalam tanahnya.

Konsentrasi emas di dalam sarang rayap ini bukanlah karena ketidaksengajaan, namun akibat dari kebiasaan mereka yang membangun sarang dari bahan yang bersumber dari kedalaman beberapa meter di bawah permukaan tanah.

Dari hasil penemuan tersebut menunjukkan bahwa rayap mampu menggali hingga 13 kaki ke dalam tanah dan mencapai batuan yang sarat logam mulia tersebut. Tentu hal tersebut cukup mengejutkan karena hewan kecil ini mampu memindahkan logam mulia ini secara vertikal ke sarangnya dan mendeteksi keberadaanya.

Meskipun belum dapat dijelaskan secara pasti, namun Stewart dan timnya menyarankan bagi para penambang untuk memanfaatkan rayap untuk menemukan lokasi tambang emas. Bahkan penggunaan rayap juga dapat menghemat biaya karena perusahaan eksplorasi dapat mempersempit daerah pengeboran.

Selain emas, para ilmuwan juga sering menggunakan serangga itu untuk memandu eksplorasi lainnya. Sebagai contohnya para palaeontolog mengais gundukan sarang untuk mencari serpihan tulang fosil, hal ini karena gigi rayap mungkin membawa serpihan fosil yang ada di bawah tanah itu ke sarangnya.

Semantara itu di Afrika rayap juga sering digunakan untuk eksplorasi emas dan mineral berharga lainnya. Penelitian Stewart dan timnya juga memberikan bukti bahwa rayap secara efektif bisa mengungkap jejak kandungan logam mulia ini di dalam tanah dan menjadikan cara ini menjadi cara alami yang aman.

Tidak hanya di dalam sarangnya, menurut penelitian tersebut juga mendapatkan bahwa di dalam tubuh rayap juga mengandung emas. Hal ini dikarenakan emas ini didapatkan dari tumbuhan yang mereka makan di daerah yang kaya akan emas tadi.

Rayap memiliki organ yang disebut malpighian tubules yang secara fungsi sama seperti ginjal manusia. Ilmuwan menemukan bahwa tubules bertanggung jawab membentuk batu kaya logam, seperti halnya batu ginjal pada manusia, hasil ini juga dimuat dalam jurnal PLoS ONE.

Share this post